[NGOBAT #02: Ngobrol ama Sobat] TIGER CONSERVATION ON WORLD OZONE DAY - a podcast by IIS SABAHUDIN

from 2020-09-27T12:39:35

:: ::

Sejak 1998, sejak pertama kali proyek konservasi harimau ada di Indonesia, tantangan terbesar Konservasi Harimau ternyata ada pada diri sendiri, yaitu mental IGNORANCE. Selain itu juga perilaku sehari-hari, pola pikir, tutur kata, yang sadar tidak sadar backfire kepada upaya konservasi.  


Lalu apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah besar konservasi harimau dan satwa liar lainnya? 


Lakukan apa yang bisa dilakukan, secara fokus, konsisten dan memegang prinsip.   "Dalam konservasi Saya berusaha berpikir dalam ruang yang besar. Berpikir besar, skala besar, dan berupaya memberikan legacy, karena Conservation is not about yourself, its about the animal.”  Kalo mau menjadi conservationist sejati, fokuslah membangun upaya-upaya yang meningkatkan konservasi bukan fokus membangun diri masing-masing. Jangan memanfaatkan hal-hal terkait konservasi seperti posting dan mengharapkan like, tapi tidak berupaya menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam konservasi.  


Populasi harimau sekarang estimasinya 580 ekor. Di IUCN datanya berbeda lagi. Bicara densitas, bukan kelimpahan, rata-rata ada 1 individual adult tiger/100 ha. Densitas harimau di hutan Sumatera belum pada taraf tinggi sekali. Di Tambling, di TNBBS, di semenanjungnya ada 2,4 individu/100 ha. Artinya kawasan hutan kita mampu menampung that many tiger.   


Mengapa muncul konflik harimau dan manusia kemudian? 


Konflik harimau-manusia akan terus ada. Kemungkinan perjumpaan harimau dengan manusia tetap ada. Harimau bergantung kepada prey dan juga tegakan hutan. Harimau keluar dari hutan jika preynya keluar, baik karena overpopulated maupun karena jarang (scarce) di kawasan hutan. Pembukaan akses jalan juga memicu kegiatan-kegiatan manusia lainnya. Yang makin memperbesar perjumpaan harimau-manusia.  5 tahun terakhir banyak sekali informasi konflik, yang bersumber dari remnant forest (petak-petak hutan), seperti di Sumut dan Riau. Maka itu perlu disurvey seluruh potensi habitat di luar habitat yang besar, seperti di areal-areal konsesi perusahaan sawit, konsesi IUPHHK-HT, konsesi IUPHHKA. Dukungan pendanaan konservasi saat ini banyak tersedot ke habitat-habitat yang besar, sementara habitat yang kecil-kecil dan terpisah-pisah luput dari dukungan pendanaan.  


Harimau perlu core area untuk breeding, membesarkan anak, dan berkembang. Sementara di Jawa punah selain karena pembukaan hutan, juga karena perburuan besar-besaran di tahun 1900an oleh pemburu-pemburu dari Inggris. Bahkan harimau dijadikan sebagai trophy pada masa itu.   Di Sumatera ancaman paling signifikan kepunahan harimau berawal dari pembangunan jalan. Dari akses yang terbuka kemudian muncul kegiatan-kegiatan lain yang menyebabkan luasan hutan makin berkurang dan menjadi remnant forest.


#ozone day,


#harimau,


#panthera tigris,


#harimau sumatera,


#hari ozon sedunia,


#ngobat,


#talk,


#iglive,


#igtv,


#gaia,


#gaia eko daya buana,


#gaia indonesia,


#ngo,


#lsm,


#podcast,


#konservasi,


#conservation,


#biodiversity,

Further episodes of NGOBAT: NGOBROL AMA SOBAT

Further podcasts by IIS SABAHUDIN

Website of IIS SABAHUDIN