Teka-Teki Wajah Levinas - a podcast by Tyo Mokoagow

from 2021-03-16T04:09:25

:: ::

Wajah di sini tidak sekadar bersifat fisik. Wajah bukan tulang belulang dan tumpukan daging yang terbungkus kulit. Wajah merupakan sesuatu yang tak dapat dicangkup, dilihat, diraba, ditampung, dipahami; wajah selalu lebih dari apa yang kita pikirkan. Wajah, dengan kata lain, adalah metafisika.


Dalam perjumpaan langsung dengan wajah Liyan, Aku lalu tersedot untuk bertanggung jawab, sebab terdapat himbauan dalam wajahnya yang mutlak, wajah Liyan seakan berkata, "jangan bunuh aku." Himbauan mutlak itu merupakan perlawanan dari yang tak bisa melawan, dari Liyan yang ketidakberdayaannya begitu agresif di mata sang Aku.


Dalam perjumpaan semacam itu, yang disebut momen etis oleh Levinas, terjadilah substitusi, yakni pertukaran posisi antara Aku dan Liyan. Aku yang mulanya subjek lantas menjadi objek dari sang Liyan yang menjelma sebagai subjek. Wajah sang liyan kini tampil sebagai nir-kekerasan; alih-alih menyerang kebebasan sang Aku, sang Liyan justru mengundang sang Aku untuk bertanggung jawab kepadanya. 


Etika Levinas memang lain. Derrida sendiri mengatakan etikanya sebagai etika dari etika (ethic of ethics). Etika Levinas tak sama dengan aturan emas yang menjamur dalam filsafat barat, "perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan." Etika Levinas justru menempatkan subjek sebagai sub-jektum: sang Aku yang berada di bawah beban alam semesta, seolah sang Aku bertanggung jawab atas segalanya. Dengan demikian, sang Aku sudah terdesentralisasi. 


Etika Levinas menempatkan perjumpaan satu lawan satu sebagai unit dasarnya. Namun kita kemudian bertanya: bagaimana dengan orang lain di luar perjumpaan hadap-hadapan itu? Apakah sang Aku tak bertanggung jawab kepada orang lain itu? Apakah etika Levinas tak bisa diaplikasikan untuk kepentingan keadilan sosial?


Levinas menjawabnya: keprihatinan kita akan "pihak ketiga" sudah direpresentasikan oleh keprihatinan kita kepada wajah orang lain. Inilah pondasi dari fraternitas manusia kata Levinas. Sikap tanggung jawab kita pada pihak lain yang hadir dalam wajah orang lain di hadapanku pun mesti diejawantahkan dalam institusi politik dan kebijakan negara. Meskipun begitu, ia akan menimbulkan masalah baru: bagaimana mempertahankan "yang etis" dalam "yang politis"? Sebab yang politis senantiasa mengkuantifikasi tiap individu sebagai angka (dalam demokrasi misalnya), menggeneralisirnya sebagai "rakyat", dan mengumumkan masing-masing opini individu sebagai "opini publik". Tantangan atas etika Levinas yang teramat mikro ini belum bisa dijawab dengan memuaskan.

Further episodes of Tyologi

Further podcasts by Tyo Mokoagow

Website of Tyo Mokoagow